Rabu, 23 Maret 2011

Jennifer Johnson is sick of being single

Penulis         : Heather Mcelhatton
Penerbit       : Gagas Media

  
Tolong dicatat saya bukan sedang curhat disini, hehehe ;)) Walaupun judul bukunya sedikit menyerempet dengan perasaan saya saat ini (aarrgggghhh ...). Sesuai judul, tokoh utamanya adalah Jennifer Johnson, jadi cerita ini mengisahkan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan pilihan-pilihan yang diambil oleh Jennifer Johnson.

Salah satu kutipan yang paling saya suka di resensi buku aslinya adalah 'Bagaimana sih caranya kau bisa memutuskan jatuh cinta pada seseorang, sementara kau tak pernah bisa menjamin pria itu tidak akan mematahkan hatimu dalam waktu dekat?!'. Hahaha, no one knows, and i'm also clueless for love matters.




Berusia awal tiga puluhan, tepatnya 31 tahun, diputuskan oleh cowok brengsek yang sudah dipacarinya selama 10 tahun sejak kelas 2 SMA (sekitar kelas 11 di high school amerika), dan kini dia harus menghadapi pernikahan adik angkatnya yang menginginkan segala sesuatunya serba sempurna. Artinya orang tuanya hampir bangkrut untuk menyelenggarakan pernikahan Hailey, dan kemungkinan besar Jennifer tidak akan mendapatkan sisa dana untuk menyelenggarakan pernikahannya sendiri (jika pernikahan itu memang ada). Hubungan Jennifer dan Hailey memang sering tidak akur, namun bukan berarti dia tidak menyayangi adik adopsinya itu, dan bukan berarti pula dia iri dengan segala perayaan pernikahan adiknya yang akan berlangsung. Dia tidak iri, dia hanya merasa muak dengan hidupnya yang hanya berdua dengan kucingnya, dan benci kepada David mantan pacarnya yang menyebabkannya mengalami nasib buruk semacam itu. Dia juga merasa tidak tahan dengan tuntutan Hailey yang semakin tidak masuk akal, gaun pengiring pengantin model kimono, sangat tidak pantas untuk dipakai oleh wanita bertubuh montok sepertinya, juga souvenir sumpit berbahan metal (semula Hailey menginginkan bahan perak) yang harganya sangat mahal. Apalagi setelah kabar buruk pernikahan mantan pacarnya dengan putri pemilik perusahaan dealer mobil sampai kepada Jennifer. Dan pernikahan mereka (adiknya dan mantannya) sama-sama diadakan di hari Valentine. Padahal David selalu berkata tidak pernah menyukai hari Valentine, hanya karena dia tidak pernah membelikan Jennifer hadiah. (Kalau yang seperti ini memang beneran cowok pecundang).

Apakah kehidupan Jennifer sudah cukup buruk, tidak, bisa lebih buruk lagi. Awalnya dia mengira pekerjaannya yang sekarang bisa menjadi batu loncatan utnuk cita-cita mulianya menjadi penulis profesional. Namun sekian tahun akhirnya dia terjebak dalam posisi sebagai copywriter departemen marketing di sebuah departemen store bernama Keller. Marketing bukan bidangnya ketika sekolah dulu. Toh, dia tetap saja terdampar disini. Ted memang rekan yang baik, namun bosnya Ashley, wanita kejam yang selalu memanggilnya dengan sebutan aneh yang dia pikir lucu padahal sama sekali tidak berhasil membuat hidup Jennifer sengsara setiap saat. Satu-satunya obat mujarab untuk mengatasi kegalauan hatinya adalah sepotong bolu kayu manis (Cinnamon) berukuran besar dengan krim diatasnya. (Kenapa makanan selalu menjadi pelarian paling mujarab bagi perempuan ketika sedang bete, padahal setelahnya mereka hanya semakin menyesal dengan berat badan yang semakin bertambah. Fiuuhh ... *berharap kurus*).

Menjadi anggota biro jodoh online mungkin bisa membantu para wanita untuk mendapatkan kesempatan mengenal pria bahkan kalau beruntung membawanya ke status pernikahan. Tapi bagaimana jika para calon tersebut tidak ada yang sesuai harapan, seperti yang dialami Jennifer. Tak terhitung berapa kali kencan buta yang dia jalani, dengan berbagai model pria yang sebagian besar tidak sesuai keinginannya. Hanya saja jika pria itu cukup lumayan Jennifer lah yang mengacaukan kencannya, sehingga pria-pria baik itu tak pernah menghubunginya lagi. Seperti yang selalu dibilang sahabat gaynya (hei, selalu ada tokoh gay sebagai sahabat baik di setiap cerita semacam ini) Christopher, Jennifer hanya belum bertemu saja dengan pria yang baik, banyak pria yang baik di luar sana. Benarkah ??? Kata-kata klise yang biasa digunakan untuk menghibur perempuan yang sedang putus asa. Tapi, anggaplah pesan tersebut benar. Jika, seorang anak pewaris departemen store, Bradford Keller, mengajak Jennifer kencan dan menjalin hubungan dengannya, apakah artinya Jennifer telah menemukan pria impiannya, seperti pangeran berkuda putih ? Itu baru pertanyaannya!

Seperti mendapat hadiah Jackpot, menjadi calon istri seorang milliuner. Bradford Keller, gagah, tampan, kaya dan menyenangkan. Dan yang paling penting dia mengatakan mencintai Jennifer dan sebulan setengah setelah mereka berkenalan Bradford ingin menikahi Jennifer. (Oo, just like Cinderella Story). Apakah kisah ini akan berakhir dengan cerita happy ending selayaknya kisah cinderella yang bertemu prince charming. Bagaimana jika pangeran impian yang selama ini dikira Jennifer sebagai Bradford Keller tak sesempurna yang diduganya. Bagaimana jika ternyata laki-laki yang seharusnya mendampinginya adalah dia yang telah menemani Jennifer selama ini, membantunya jumpalitan mengatasi masalah-masalah kecilnya, dan mengenal Jennifer seperti mengenal rambut di kepalanya sendiri.

Pelajaran berharga dari cerita ini, bagi semua perempuan lajang yang memimpikan datangnya pangeran impian berkuda putih, kita tidak bisa menginginkan semua hal di dunia ini secara bersamaan. Seperti yang dikatakan Ma Keller (Mrs. keller) dengan datangnya kebahagiaan ada pengorbanan yang diperlukan. Tidak perlu laki-laki sempurna (gagah, tampan, kaya) untuk membuat hidup ini sempurna. (Kalau aku lebih memilih laki-laki yang bisa membuatku tersenyum baik ketika senang maupun susah) V*_*V.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar