Sabtu, 26 Maret 2011

Agatha Cristie vs Sidney Sheldon

Agatha Cristie dan Sidney Sheldon adalah dua penulis novel fiksi jempolan. Beberapa buku karya mereka juga sudah diangkat ke layar lebar. Pertama kali saya berkenalan dengan buku-buku karangan Agatha Cristie dan Sidney Sheldon saat masih SMA. Sejak saat itu saya mulai tergila-gila dengan novel bergenre misteri pembunuhan. Salah satu tokoh detektif favorit saya adalah Mr. Hercule Poirot. Si detektif swasta mantan polisi Belgia, dengan gambaran fisik kepala bulat telur (lonjong) dan kumis melengkung yang tertata rapi. Walaupun sering dikira sebagai orang Perancis karena bahasa perancisnya yang sangat lancar, sebenarnya Hercule Poirot lebih berjiwa Inggris dibandingkan yang dikira banyak orang tentangnya. Biasanya Hercule Poirot diceritakan bahu membahu bersama pelayannya George yang keturunan Inggris tulen, jika kejadian pembunuhan terjadi di kota London.

Membaca buku-buku Agatha Cristie dengan beberapa tokoh andalannya seperti Miss Marple , Mr. Harlequin dan Hercule Poirot seperti ikut terjun di dalam kasus pembunuhan itu sendiri. Biasanya setiap penulis selalu memiliki gaya penulisan yang khas, bahkan dalam pengembangan plot cerita buku-buku Agatha Cristie memiliki pola yang hampir sama. Kasus pembunuhan biasanya terjadi dalam suatu keluarga atau di suatu masyarakat di desa kecil. Karena pekerjaan pahlawan dalam buku tersebut adalah detektif swasta, kasus-kasus yang ditangani bukanlah kasus-kasus besar yang biasa ditangani kepolisian Inggris Scotland Yard. Salah satu keunikan dalam pengembangan karakter Hercule Poirot adalah pendekatan yang digunakan Agatha Cristie untuk memunculkan karakter detektif yang lebih banyak menggunakan dasar motif untuk membunuh dibandingkan bukti di tempat kejadian perkara untuk menyelesaikan setiap kasus. Kebiasaan Hercule Poirot ketika memulai penyelidikan adalah dengan mewawancarai setiap orang yang berpotensi menjadi tersangka dan kemudian berpikir dan berpikir sampai dia menemukan jawabannya. Hebatnya sulit untuk bisa menebak pelaku pembunuhan dengan benar, karena Agatha Cristie sangat pandai menyembunyikan fakta dalam cerita, dan menjadikan semua tokoh dalam cerita memiliki motif dan peluang yang sama untuk menjadi pelaku pembunuhan. Dari sekian banyak buku Agatha Cristie yang pernah saya baca, baru 2 kali saya bisa menebak dengan benar si pelaku (cluenya adalah : cari tokoh yang paling tidak memiliki motif dan peluang untuk membunuh).

Lain halnya dengan Sidney Sheldon. Walaupun buku-buku Sidney Sheldon juga bercerita tentang misteri, namun lebih banyak cerita kehidupan yang dikisahkan di dalamnya. Dan biasanya buku-buku Sidney Sheldon memiliki tema atau latar belakang tertentu dan berbeda-beda antara satu buku dengan buku lainnya. Walaupun begitu kebanyakan bercerita tentang kekuasaan dan keserakahan manusia. Salah satu kekhasan dalam cerita karya Sidney Sheldon adalah tokoh utama dalam kebanyakan ceritanya adalah perempuan. Perempuan yang digambarkan Sidney Sheldon adalah perempuan yang tangguh, keras, dan pantang menyerah akibat kekejaman lelaki. Bahkan sebelumnya saya sempat mengira Sidney Sheldon itu juga wanita (hehehe). Ketajaman Sidney Sheldon dalam membangun karakter setiap tokoh dan detail di dalam cerita patut diacungi jempol. Salah satu bukunya Tell Me Your Dreams, bercerita tentang seorang wanita yang berkepribadian tiga, akibat dari perlakuan buruk (pelecehan seksual) oleh ayah kandungnya. Pembunuhan demi pembunuhan terjadi dan jejaknya mengarah kepada si wanita. Tapi tak semenit pun si wanita ini menyadari perbuatannya, karena setiap kali dia membunuh kepribadiannya yang lain yang mengambil alih. Sidney Sheldon sangat piawai dalam menyusun detail tentang hal-hal yang berbau kedokteran dan penyakit kejiwaan.

Tiba-tiba saya teringat dengan kedua penulis ini, setelah saya mulai kembali membaca novel misteri pembunuhan karangan Charlaine Harris. Seperti menemukan kembali cinta pertama, karena buku-buku tersebut yang pertama kali membuat saya jatuh cinta dengan novel fiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar