Selasa, 22 Februari 2011

PRADA and PREJUDICE

Penulis     : Mandy Hubbard
Penerbit   : Atria


Sepasang sepatu bagus akan membawa ke tempat-tempat yang bagus.

Boleh dibilang ini adalah perpaduan antara cerita dalam Devils wear Prada dan Pride & Prejudice. Persaingan antara Anne Hatheway yang lugu dan Keira Knightley yang penuh harga diri. Hehehe, i still prefer Anne Hatheway yang polos dan berjuang untuk mencari jati dirinya yang sesungguhnya walaupun itu artinya dia hampir kehilangan teman-teman baiknya dan merelakan pekerjaan yang mulai disukainya than Keira Knigthley.


Sepertinya menjadi remaja berusia 15 tahun di Amrik adalah bukan kehidupan yang mudah bagi Callie, ditinggalkan oleh ayahnya yang memilih menikah lagi dengan wanita lain, dan tiba-tiba saja sahabat baiknya Katie pindah ke kota lain. Tersisihkan dalam kelompok D-list di sekolah menengahnya, belum pernah berpacaran dengan cowok keren manapun di sekolahnya, bahkan Katie belum pernah berciuman (okey ... ini teenager amrik, disana kan berciuman hal yang biasa saja, seperti bersalaman tangan dengan orang yg baru dikenal). Callie bosan dengan kehidupan remajanya yang biasa-biasa saja, yang biasanya akan berakhir dengan menyewa dvd dan menontonnya semalaman. Karena itu ketika ada penawaran tour keliling eropa untuk mempelajari sejarah-sejarah bangsa Eropa, Callie mengira bahwa ini adalah kesempatan terbaiknya untuk menaklukan London. Jauh lebih baik jika dibandingkan harus menghabiskan liburan musim panasnya di rumah keluarga baru ayahnya.



Ternyata, berpergian ke London tidak semenarik yang dikira Callie, ada aturan-aturan ketat sekolahnya yang tidak memperbolehkan mereka berkeliaran sendirian di kota London. Karena pasangan teman sekamanya adalah Angela si cewek A-list (mungkin maksudnya cewek populer di sekolah) maka tidak ada harapan lagi bagi Callie untuk menjelajahi London, tentu saja Angela tidak mungkin mengajaknya, si cewek kikuk yang bahkan tidak bisa mempertahankan bajunya tetap bersih dari noda. Padahal itu adalah semua yang diinginkan Callie, bergaul dengan cewek-cewek keren di sekolah, melakukan hal-hal keren seperti melanggar aturan sekolah dengan pergi ke klab malam di sudut kota London, padahal sudah jelas-jelas mereka dilarang (menurutku sih ini tidak keren). Sayang baginya, tepat ketika dia berusaha mengesankan Angela tentang dirinya, seorang waitress menumpahkan seteko lemon tea ke badannya dan meninggalkan noda teh dan bau lemon di seluruh baju dan rambutnya.

Di tengah keputusasanya karena perasaan malu, tanpa sadar Callie sudah menjelajahi pusat perbelanjaan di kota London, dan disinilah dia di depan toko mewah dengan huruf-huruf besar bernama PRADA. Yup, didepannya sebuah butik desainer terkenal, dan disanalah sepasang sepatu high heels merah terpajang, seolah sepatu itu memang untuknya. Callie keluar dari tempat mewah bernama Prada itu dengan memakai high heels merah senilai 400 dollar (klo dalam rupiah jadi ... 4 JUTA), sepatu itu agak kebesaran, menyesal karena seharusnya dia mencobanya bukannya malah langsung membeli begitu saja. Dengan angan-angan bahwa Angela akan terkesan dengan sepatu Prada barunya, dan berharap dengan begitu dia akan diajak bergabung dalam kelompok mereka, tiba-tiba hak sepatunya tersangkut di trotoar dan seperti sedang jatuh bebas, Callie bersiap menghantam aspal padat.

Menghantam aspal memang menyakitkan, masih terasa nyeri pada benjolan kepalanya, namun kembali ke masa lalu di tahun 1815 adalah kejadian yang sangat mengejutkan, dibandingkan apapun. Frustasi, merasa menyesal karena bersikeras mengikuti tour eropa ini, dan ingin kembali ke masanya sendiri, Callie terjebak di tahun 1815 di sebuah daerah bernama Haksbury. Terdampar di sebuah puri megah milik Duke of Haksbury, Callie harus berpura-pura menjadi Rebecca Vaughn, seorang gadis Amerika berdarah bagsawan Inggris, sahabat keluarga Duke of Haksbury. Satu-satunya persamaan dirinya dengan Rebecca adalah mereka sama-sama orang Amerika, namun tidak ada pilihan lain baginya, dia harus menyamar menjadi Rebecca karena Rebecca yang asli masih dalam perjalanan dari Amerika hingga 4 minggu mendatang, dan satu-satunya keuntungannya adalah mereka mengira dia adalah Rebecca.


Bagaimana Callie bisa beradaptasi dengan abad ke 18 dengan segala kekunoannya ? Berteman dengan Emily sepupu dari Duke of Haksburry sangat menyenangkan seperti mendapatkan kembali sahabatnya setelah Katie. Namun Duke of Haksbury adalah orang yang angkuh, egois dan beranggapan bahwa perempuan adalah masyarakat kelas dua setelah laki-laki, apalagi dia bukan seorang bergelar bangsawan seperti mereka. Cumaaaaannnn ... disini digambarkan kalo si Duke ini cowok yang keren abis seperti Orlando Bloom ( Oh noooo) kecuali sikapnya yang memang menyebalkan. Dan bagaimanakah kisah si Callie dengan Duke of Haksbury, cewek dari abad 21 yang bebas dan modern bertemu dengan penguasa tanah yang angkuh, arogan, egois ... apa lagi ya, dingin, muda (si Duke masih berusia 19 th) dan tampan (teteup). Ooooh ... berharap cerita ini difilmkan seperti Pride and Prejudice atau Princess Diary 2, dengan tokoh utama cowok ... sudah pasti Orlando Bloom (hahaha), si Callie bisa diperankan sama Anne Hatheway.

Keseluruhan cerita, novel ini ringan dan enak banget dinikmati, perjuangan si Callie yang ingin menjadi cewek populer, bukan hanya cewek D-list di sekolahnya, keteguhannya dalam mempertahankan keseteraan gender antara perempuan dan laki-laki di tahun 1815 dan semua hal itu dia alami dengan mengenakan sepatu high heels PRADAnya. Mungkin ada benarnya kalo sepasang sepatu bagus akan membawa ke tempat-tempat yang bagus pula, (may be yes, may be not). Kalo menurutmu ... ?

4 komentar:

  1. Nice review!...Kalau menurutku benernya bagus itu relative...bagiku sepatu yang bagus adalah sepatu yang enak dipakai...

    Dan kalau kita nyaman dengan sepatu itu, emang bener bakal bawa kita ke tempat "bagus" pula. :) Soalnya kita jadi bisa beraktivitas dengan baik tanpa terganggu dengan sakit di kaki

    Good job!

    BalasHapus
  2. setuju ... tidak ada gunanya sepasang sepatu yang cantik tanpa kenyamanan. Dan suatu tempat bisa menjadi tempat yg indah hanya jika hati kita ikut berbahagia di tempat itu

    BalasHapus
  3. yang jelas high heel menyiksaaaa hehehe
    keep posting mbak,, aku ngelink blog ini di blogku yak ;;)

    BalasHapus
  4. that's why i love flat shoes a lot

    BalasHapus