Senin, 04 April 2011

Trudi Canavan and her books

Saat pertama kali menulis halaman ini, sebenarnya saya ingin melanjutkan cerita trilogi The Black Magician buku pertama, The Magician Guild. Pada akhirnya saya putuskan untuk menulis tentang penulisnya.


Sampai dengan saat ini, Trudi Canavan sudah menulis tiga set cerita trilogi dan satu novel prekuel. The Black Magician adalah trilogi pertama yang sudah beredar di Indonesia. Cerita ini terbagi menjadi tiga judul, The Magician Guild, The Novice, dan High Lord. Trilogi lainnya merupakan kelanjutan dari cerita The Black Magician dengan mengambil latar belakang yang sama yaitu Kyralia. The Traitor Spy Trilogy menceritakan kisah petualangan anak Sonea dan Akkarin, dan persekutuan penyihir pada generasi berikutnya. The Magician Apprentice adalah cerita pre-kuel yang terjadi ratusan tahun sebelum cerita The Black Magician. Sedangkan buku yang berbeda adalah The Age of Five, yang bercerita tentang manusia-manusia super pilihan dewa. Lima orang manusia yang menjadi penghubung antara dewa dengan makhluk ciptaannya. Cerita Trudi Canavan yang terakhir memang agak nyeleneh, namun sebenarnya di dalam bukunya sendiri mengangkat nilai-nilai yang biasa muncul dalam buku-buku kepahlawanan semacamnya. Ada romantisme dan percintaan, kepelikan masalah politik, perseteruan antara kebaikan dan kejahatan, dan keberanian.

Kesuksesan itu tidak didapatkan dengan begitu saja, saya rasa itu juga yang terjadi pada penulis novel fantasi fiksi era modern saat ini. Seperti halnya J.K. Rowling yang memulai menulis Harry Potter di sebuah kafe kecil dengan status pengangguran, bagi seorang Trudi Canavan, memulai menulis artinya mulai fokus dengan apa yang ingin dikerjakannya. Sebuah keputusan besar harus dilakukan, jika kita ingin mencapai sesuatu yang lebih besar lagi. Trudi Canavan mengambil permulaan dengan berhenti dari full time job-nya dan mengambil part time job untuk meluangkan waktu yang lebih banyak dengan menulis. Bagi mereka calon penulis yang memiliki dukungan finansial yang kuat mungkin bukan menjadi masalah, namun sebaliknya kebanyakan penulis fiksi kreatif memulai debutnya dengan penghasilan pas-pasan, pengaturan keuangan yang ketat. Sambil mengambil kursus menulis Trudi Canavan mulai memikirkan tentang menulis sebuah trilogi. Trilogi kisah fantasi memang sangat disukai penerbit karena sedang menjadi trend pada saat itu (sekitar akhir tahun 90 an).

Saya suka salah satu ungkapan Trudi Canavan tentang menulis. Satu-satunya cara untuk meningkatkan kemampuan menulis adalah dengan menulis sebanyak-banyaknya. Trudi Cananvan sendiri menghabiskan satu tahun menulis hanya untuk mendapatkan garis besar ceritanya. (Semoga suatu saat saya bisa mengikuti langkah-langkah para penulis luar biasa ini, practice a lot make us getting better).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar