Kamis, 26 Mei 2011

Artemis Fowl : The Arctic Incident

Penulis   : Eoin Colfer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Masuk ke dalam petualangan kedua Artemis Fowl, artinya perang spesies antara Kaum Peri dan Manusia berhasil dihindari. Kurang lebih begitulah akhir cerita dari petualanga Artemis Fowl sebelumnya. Jika manusia dan peri berhasil menghindari pertikaian antara satu sama lain, lalu apakah sekarang mereka berteman atau bersahabat ? Jawaban dari pertanyaan itu hanya bisa ditemukan di seri-seri Artemis Fowl berikutnya, seperti halnya yang satu ini, Insiden Arktik.

The Arctic Incident dimulai dengan sedikit flashback tentang kejadian 2 tahun sebelumnya. Saat itu Artemis Fowl belum menjadi pemimpin kerajaan kejahatan di dunia. Masa kejayaan Artemis Fowl senior masih menjadi legenda. Bisnis-bisnisnya menggurita mulai dermaga-dermaga kota Dublin, hingga gang-gang sempit kota Tokyo. Artemis Fowl senior mengembangbiakkan kekayaan dengan banyak kegiatan kriminal, namun dia juga bersikeras memiliki usaha legal untuk memperbesar simpanan kekayaannya di masa-masa mendatang. Dalam perjalanannya ke Rusia dengan menggunakan kapal pribadi milik keluarga Fowl, Fowl Star, Artemis Fowl senior ingin memulai bisnis barunya di daerah dingin tersebut. Namun kejadian selanjutnya bukanlah kabar gembira tentang kesuksesan bisnis yang baru dirintisnya, melainkan kabar menghilangnya  Artemis Fowl senior dengan peristiwa tenggelamnya Fowl Star. Jelas tejadi sabotase terhadap kecelakaan tersebut, sayangnya ayah Artemis Fowl tidak kunjung ditemukan hingga bertahun-tahun kemudian, sehingga asumsi tewasnya Artemis Fowl senior perlahan-lahan menjadi fakta. 

Minggu, 22 Mei 2011

Tips memilih buku kesukaanmu


Topik ini sempat terlintas di kepala saat membereskan tumpukan buku yang menggunung di meja. Tidak semua buku yang saya beli ternyata sesuai dengan ekspetasi saya ketika membelinya. Sepertinya pepatah “Don’t judge a book by its cover” benar juga dalam arti sebenarnya, bukan kiasan. Kebanyakan buku memang sebanding dengan kemasan dan publisitas yang digembar-gemborkan. Sebagian yang lain tidak semenarik desain cover ataupun resensi yang dicantumkan di bagian cover belakang buku.

Berikut ini beberapa hal yang bisa saya sarankan untuk memilih buku, berdasarkan pengalaman pribadi.

1.      Kenali penulisnya

Setiap penulis pasti memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda. Mulai dari latar belakang cerita, jenis/genre cerita sampai dengan tokoh-tokoh andalan yang digunakan. Jika kita sudah terbiasa membaca buku-buku karya tulisan para penulis tersebut, sedikit banyak kita pasti mengenali gaya penulis dalam mengembangkan konflik dan mengatur plot dalam cerita. Jika kamu sudah merasa tertarik dengan satu penulis tertentu dengan membaca salah satu buku karyanya, saya rasa boleh dijadikan referensi untuk memilih buku-buku karya yang lainnya.

2.      Pilih penerbit favoritmu

Sebenarnya bukan bermaksud membeda-bedakan antara satu penerbit dengan penerbit yang lain. Namun dalam suatu penerbit pasti ada seorang editor yang bisa menentukan suatu tulisan atau karya layak dipublikasikan atau tidak. Biasanya penerbit besar lebih selektif dalam memilih karya-karya tersebut. Saya rasa hal tersebut juga berhubungan dengan trend yang sedang terjadi (ini menjelaskan mengapa banyak sekali buku dengan tema sihir setelah kemunculan Harry Potter).

3.      Alih bahasa / terjemahan itu juga penting

Saya baru menyadari hal ini setelah sempat berbincang-bincang dengan teman yang berprofesi sebagai penerjemah di sebuah penerbit besar di Indonesia. Pernah saya baca di suatu artikel, bahwa tugas seorang penerjemah adalah menceritakan kembali apa yang sudah ditulis oleh penulis ke dalam bahasa lain (biasanya disadur dari Bahasa Inggris). Karena itu ketepatan dalam menggambarkan suatu peristiwa dalam cerita misalnya, dapat mempengaruhi pemahaman pembaca. Apalagi untuk bahasa-bahasa asing yang sulit (latin, perancis dan lainnya) ketepatan dalam memberikan arti dari suatu kata dalam bahasa asing sangat penting. Jadi kenali juga penerjemahnya ya (biasanya hasil terjemahan itu juga bergantung pada penerbitnya à editor). Jadi penerjemah andalanmu adalah penerbit favoritmu. Salah satu contoh saja, ketujuh buku seri Harry Potter diterjemahkan oleh orang yang sama, demi menjaga ‘rasa’, orisinalitas dan kesamaan persepsi antara penerjemah dengan penulis.

4.      Resensi Cerita

Hal ini yang paling mudah yang dapat kita lakukan ketika ingin memilih suatu buku. Tapi berdasarkan pengalaman saya sendiri, berkali-kali pula saya tertipu dengan resensi cerita yang disajikan oleh penerbitnya. Intinya, resensi cerita disajikan untuk menarik minat pembaca yang kemudian berujung dengan membeli buku tersebut. Hanya saja saya paling kesal jika yang tertulis adalah potongan dialog atau peristiwa klimaks, bukan inti cerita yang sebenarnya. Hasilnya begitu cerita tersebut sedikit demi sedikit didalami, saya tidak mendapatkan cerita yang saya harapkan.

5.      Browsing atau Googling itu lebih baik

Yang satu ini sebenarnya saran dari teman saya yang kemudian saya teruskan ke semuanya. Dan hal itulah yang mendorong saya untuk membuat blog ini. Sebagai konsumen (pembaca juga termasuk konsumen kan) kita berhak untuk mengetahui produk yang akan kita beli. Walaupun tidak banyak saya berusaha agar orang lain dapat mengenali lebih dahulu suatu buku yang akan dinikmatinya sebelum membeli.

6.      Referensi dari teman juga boleh

Rajin-rajin saja bertanya pada teman kamu buku apa yang sedang mereka baca, dan judul-judul yang bagus untuk dijadikan pilihan.

7.      Seleramu adalah pilihanmu

Ada satu ungkapan dalam buku yang pernah saya baca, ‘jumlah seluruh buku di dunia ini terlalu banyak untuk dinikmati semuanya, karena itu kita memiliki kesukaan terhadap jenis buku tertentu’. Dan saya rasa itu sah-sah saja. Jika seleramu dengan temanmu berbeda, bukan berarti buku pilihan kalian lebih buruk atau lebih baik dari yang lainnya. Hanya berbeda, itu saja.

8.      Design cover buku

Walaupun tidak dapat dipungkiri, saya kadangkala membeli buku karena design covernya yang bagus, tanpa tahu apa yang ada di dalamnya. Sebuah kenyataan yang tidak boleh ditolak. Itu sebabnya saya masukkan tips ini di urutan terakhir.

Selasa, 17 Mei 2011

Digital Fortress ( Benteng Digital )

Penulis     : Dan Brown
Penerbit   : Serambi


Bagi yang mengenal karya-karya Dan Brown dari buku-bukunya The Da Vinci Code, Angel & Demon, Deception Point atau yang paling terakhir The Lost Symbol, Digital Fortress (Benteng Digital) ini sedikit berbeda dengan buku-buku Dan brown yang lainnya. Selain latar belakang ceritanya yang banyak berkisah tentang dunia programming dan intelijen, akhir cerita buku ini sedikit lebih mudah ditebak dibanding karya-karya Brown yang lain.

Seperti beberapa novel sebelumnya tokoh utama di dalam Digital Fortress adalah sepasang laki-laki dan perempuan. Walaupun tokohnya berbeda namun masih menyisakan latar belakang yang sama. Jika di layar lebar kita mengenal Tom Hanks (The Da Vinci Code) sebagai pemeran utama pria, seorang ahli per-simbolan, begitu pula di cerita ini, tokoh utama pria di Digital Fortress masihlah seorang Dosen disebuah universitas ternama di Amerika. David Becker, seorang dosen bahasa yang baru saja dipromosikan menjadi Kepala Departemen Bahasa Modern.  Susan Fletcher seorang ahli kryptografi dari NSA (National Security Agency). Sepasang kekasih ini yang sehari-harinya disibukkan dengan aktifitas di belakang meja, tiba-tiba selama beberapa jam terakhir harus berjuang untuk hidup dan mati.

Sabtu, 07 Mei 2011

Artemis Fowl (1st book)

Penulis   : Eoin Colfer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Berawal dari perburuan di Ho Chi Minh city, Vietnam. Artemis Fowl Junior beserta pengawal pribadinya Butler, menelusuri gang-gang sempit dan tempat-tempat kotor di kota Ho Chi Minh. Sepeninggal ayahnya Artemis Junior berambisi mengembalikan kekayaan dan kejayaan keluarga Fowl. Artemis memang baru berusia 12 tahun saat itu, tapi kecerdasannya melebihi semua manusia dewasa di muka bumi. Ketika semua bos penjahat di dunia menganggap Artemis junior secemerlang pendahulunya, sebenarnya mereka telah salah menilai Artemis, karena Artemis adalah generasi baru yang kejeniusannya selalu beberapa langkah lebih maju dibandingkan semua penjahat paling licik di muka bumi.

Beberapa tahun sebelumnya, sekitar dua tahun yang lalu, penemuan Artemis tentang hal-hal aneh yang sempat dilihat manusia, seperti UFO, makhluk asing, bahkan hal-hal berbau sihir, mengantarkannya pada suatu kesimpulan bahwa ada makhluk lain yang menghuni planet bumi tepatnya suatu Kaum. Setelah pencarian lama di internet, akhirnya seorang informan di Vietnam memberikan jawaban untuk pertanyaan Artemis selama ini. Keberadaan sprite, leprechaun, peri, atau apapun sebutannya. Seorang sprite, yang sudah seratus tahun hidup di dunia manusia, menyamar sebagai seorang dukun penyembuh penyakit, memberikan informasi paling berharga yang selama ini dicari Artemis. Suatu petunjuk atau informasi tentang keberadaan Kaum, dan itu hanya tertulis di Buku Peri. Benda kotak emas seukuran korek api, dengan lembaran-lembaran kertas setipis helaian wafer yang berisi tulisan dalam bahasa Gnommish, menjelaskan tentang lokasi dan keberadaan Kaum Peri yang selama ini dicari oleh Artemis.