Selasa, 17 Mei 2011

Digital Fortress ( Benteng Digital )

Penulis     : Dan Brown
Penerbit   : Serambi


Bagi yang mengenal karya-karya Dan Brown dari buku-bukunya The Da Vinci Code, Angel & Demon, Deception Point atau yang paling terakhir The Lost Symbol, Digital Fortress (Benteng Digital) ini sedikit berbeda dengan buku-buku Dan brown yang lainnya. Selain latar belakang ceritanya yang banyak berkisah tentang dunia programming dan intelijen, akhir cerita buku ini sedikit lebih mudah ditebak dibanding karya-karya Brown yang lain.

Seperti beberapa novel sebelumnya tokoh utama di dalam Digital Fortress adalah sepasang laki-laki dan perempuan. Walaupun tokohnya berbeda namun masih menyisakan latar belakang yang sama. Jika di layar lebar kita mengenal Tom Hanks (The Da Vinci Code) sebagai pemeran utama pria, seorang ahli per-simbolan, begitu pula di cerita ini, tokoh utama pria di Digital Fortress masihlah seorang Dosen disebuah universitas ternama di Amerika. David Becker, seorang dosen bahasa yang baru saja dipromosikan menjadi Kepala Departemen Bahasa Modern.  Susan Fletcher seorang ahli kryptografi dari NSA (National Security Agency). Sepasang kekasih ini yang sehari-harinya disibukkan dengan aktifitas di belakang meja, tiba-tiba selama beberapa jam terakhir harus berjuang untuk hidup dan mati.


Sebelum cerita ini saya paparkan sekilas, saya tidak mengerti sedikitpun tentang bahasa pemrogaman ataupun dunia yang melingkupinya. Karena itu, kali ini lebih banyak saya paparkan alur cerita yang membentuk kisah penuh plot hasil pemikiran sang penulis Dan Brown.

NSA (National Security Agency) memiliki sebuah alat pemecah kode (sandi) yang paling mutakhir dan tiada duanya di dunia bernama TRANSLTR. Dominasi kekuatan Amerika di dunia menyebabkan negara tersebut untuk selalu siaga dan senantiasa mengintai segala aktivitas yang terjadi di dunia, bahkan di dunia maya sekalipun. Ada sebuah pro dan kontra di tubuh NSA sendiri, kegiatan mengintai tersebut dianggap memata-matai kehidupan bukan hanya masyarakat Amerika namun juga seluruh masyarakat dunia. Segala jenis informasi yang beredar di dunia digital harus melalui alat pemecah sandi (TRANSLTR) milik NSA yang artinya tidak ada satu rahasia/informasi pun yang dapat lolos dari pengamatan NSA. Ensei Takado, seorang pria keturunan Jepang, yang menderita cacat karena radiasi atom pada peristiwa Hiroshima adalah seorang jenius. Setelah direkrut oleh NSA untuk menjadi salah seorang ahli kryptografi di Departemen Kriptografer NSA, adalah salah seorang yang menetang rencana besar NSA tersebut.  Usahanya untuk menentang beroperasinya TRANSLTR sia-sia. Usai menyatakan berhenti dari NSA, Ensei Takado melaporkan keberadaan TRANSLTR kepada Electronic Frontier Foundation, dan menyebarluaskan berita tersebut kepada dunia melalui internet. Namun NSA menyangkal kabar kepemilikan TRANSLTR tersebut. Tidak lama kemudian, Ensei Takado ditangkap dan dipindahkan, Ensei Takado dikucilkan dari komunitas komputer dunia. Dihentikan bukan berarti Ensei Takado berhenti, janjinya kepada NSA bahwa dia akan memastikan bahwa setiap orang berhak memiliki rahasia dibuktikan beberapa tahun kemudian.

Susan Fletcher adalah seorang kriptografer andalan NSA bahkan setelah perginya Ensei Takado. Berdedikasi terhadap pekerjaan, selain penampilan fisiknya yang menarik menjadi daya tarik utama wanita ini. Rencana liburannya berantakan setelah kekasihnya David Becker, tiba-tiba mendapat tugas penting untuk segera pergi ke Spanyol pagi hari libur itu. Bekerja di hari libur bukan hal yang baru bagi Susan Fletcher. Kehadiran Komandan Strahtmore di kantor NSA, baru lah sesuatu yang sedikit berbeda, tidak biasanya bos yang sudah dianggapnya seperti ayahnya itu melewatkan hari libur dengan bekerja. Kecurigaan Susan memang benar, ada sesuatu yang sedang terjadi. Berdasarkan laporan dari petugas keamanan, bahwa mesin TRANSLTR tidak berhenti bekerja selama beberapa jam terakhir, dan itu bukan hal yang biasa. TRANSLTR biasanya hanya membutuhkan waktu paling lama beberapa menit untuk memecahkan kode/sandi paling sulit sekalipun. TRANSLTR sedang memecahkan sebuah algoritma yang terus berulang yang disebut Benteng Digital (Digital Fortress).

Janji Ensei Takado terpenuhi kepada NSA. Ensei Takado telah menciptakan suatu algoritma yang disebut Digital Fortress yang dikabarkan akan dapat menghentikan TRANSLTR. Hal tersebut sudah diketahui oleh para komunitas dunia digital, karena Ensei Takado telah mengirim salinan Digital Fortress ke situs pribadinya di internet, dan siapa pun bisa mengunduh rangkaian kode tersebut. Digital Fortress dijanjikan sebagai rumus matematika yang tidak akan bisa terpecahkan bahkan oleh TRANSLTR mesin supercanggih milik NSA. Dan kini Ensei Takado melelangnya di internet untuk kata sandinya. Perusahan piranti lunak di Jepang berlomba-lomba mendapatkan kata sandi tersebut. Rangkaian algoritma tersebut baru saja dimasukkan ke mesin TRANSLTR beberapa jam yang lalu, dan hingga saat Susan Fletcher mengetahui kabar buruk tersebut, TRANSLTR belum juga dapat memecahkan Digital Fortress. Sesuatu hal yang mustahil. Jika Digital Fortress tak terpecahkan, maka satu-satunya pilihan yang dapat dilakukan oleh NSA adalah mendapatkan kata sandi dari pembuatnya yaitu Ensei Takado. Namun malangnya sang pembuat algoritma Digital Fortress sendiri tidak bisa diharapkan, karena Ensei Takado telah meninggal, sebelum dia mengumumkan kata sandi Digital Fortress kepada dunia. Ensei Takado telah dibunuh pagi hari sebelum dia menyerahkan kata sandi nya kepada penawar tertinggi. NSA tesudutkan oleh algoritma yang tidak bisa terpecahkan. Satu-satunya orang yang mengetahui kata sandinya telah meninggal dan membawa rahasia tersebut bersamanya.

Kembali pada David Becker. Kepergian David Becker ke Spanyol bukan tanpa alasan yang penting. Walaupun David Becker maupun Susan Fletcher tidak mengetahui bahwa Komandan Starhmore menugaskan laki-laki itu ke Spanyol dengan imbalan yang luar biasa yang besar untuk misi khusus. Sebuah misi yang dianggap akan menyelamatkan negara, yaitu menemukan sebuah cincin. Sedikit flashback, pada saat menjelang kematian Ensei Takado, dia berusaha menyampaikan pesan singkat kepada seorang asing yang menyaksikan kematiannya di bangku taman pada pagi hari itu. Ensei Takado menjulurkan tangannya yang cacat, tiga buah jari tangan (yang seharusnya berada lima jari). Saat ditemukan oleh kepolisian Spanyol ada suatu barang yang hilang dari mayat Ensei Takado, sebuah cincin di jari nya, karena bekas cincin tersebut masih terlihat jelas di tangan Ensei Takado. David Becker bertugas menyusuri kematian Ensei Takado di Spanyol, dan mencari cincin yang hilang, yang dicurigai bahwa disitulah kata sandi tersebut tersimpan, sebagai pesan terakhir Ensei Takado kepada dunia. Perjalanan menemukan cincin dalam beberapa jam menjadi pertarungan maut hidup dan mati, karena ternyata bukan hanya David Becker yang menginginkan cincin tersebut. Ada laki-laki lain yang membuntutinya, dan hampir berhasil membunuhnya.

Ketika David Becker berjuang mempertahankan hidupnya dan mencari cincin tersebut, Susan Fletcher dikejar oleh waktu untuk memecahkan algoritma Digital Fortress, karena bukan hanya akan menghancurkan TRANSLTR, tapi algoritma tersebut juga memperlemah pertahanan bank data milik NSA, setiap menit yang berlalu merupakan usaha para hacker di seluruh dunia untuk mebobol bank data milik lembaga-lembaga rahasia Amerika.

Plot yang sangat cepat, semua peristiwa hanya berjalan dalam hitungan jam, khas dari Dan Brown.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar