Selasa, 25 Desember 2012

A Bartimaeus Novel : The Ring of Solomon


Penulis             : Jonathan Stroud
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang novel ini adalah, yang pertama sesuai judulnya ‘The Ring of Solomon’ salah satu tokoh pemeran pembantu yang muncul di dalam cerita ini adalah Raja Solomon (sesuai sebutan Barat) atau bagi kita yang muslim mengenalnya sebagai Nabi Sulaiman. Tapi patut dicatat, kisah ini bukan menceritakan tentang Nabi Sulaiman sesuai kisah yang kita percayai dan tertulis dalam kitab suci, namun hanya sekedar nama dan kehebatan-kehebatannya yang diketahui orang pada umumnya.
Pada masa cerita ini berlangsung, Raja Solomon memiliki kerajaan yang besar, istana yang megah, wilayah kekuasaan yang luas mulai Mesir sampai dengan daerah Semenanjung Arab, dan satu lagi kehebatannya, mampu berbicara dengan binatang. Banyak yang berpendapat semua hal tersebut karena kekuatan sihir yang luar biasa besar yang dimiliki Raja Solomon yang bersumber dari cincin di jarinya.


Selanjutnya, mari kita mengenal pemeran utama dalam cerita ini. Dia adalah Bartimaeus. Tokoh utama buku ini adalah Jin kuno yang muncul pertama kali pada awal jaman kerajaan Sumeria. Jika dihitung sesuai saat cerita ini berlangsung kurang lebih 2000 tahun sebelumnya. Pada umumnya penampakan bangsa Jin menyeramkan dan menggetarkan manusia walaupun beberapa penyihir yang sangat ahli dalam mengendalikan mereka tidak mudah terpengaruh, sayangnya kebanyakan majikan (penyihir) Bartimaeus bukannya takut malah merasa jengkel dengan tingkah polanya yang cenderung kurang ajar. Dan dari sinilah cerita Bartimaeus ini bermula, kekurangajaran terhadap majikannya membawanya kepada Cincin Solomon.

Para penyihir berkekuatan besar, mendapatkan kekuatannya dari spirit yang diperbudaknya. Spirit ini terdiri dari lima jenis sesuai tingkat kekuatan yang dimilikinya, dari yang terkecil adalah ‘imp’, kemudian ‘foliot’, ‘jin’ ada di urutan nomor tiga, ‘afrit’ yang keempat dan yang terakhir adalah ‘marid’. Spirit-spirit ini hidup di Dunia Lain, mereka terikat di Bumi karena mantra-mantra para penyihir yang mengikat mereka menjadi budaknya. Selama mereka (Spirit) ini masih terikat dengan penyihir yang menjadi majikan mereka, maka mereka harus mematuhi semua perintah majikannya, sampai dengan majikannya membebaskannya, atau jika si majikan melakukan kesalahan dalam melakukan pemanggilan seperti kesalahan dalam mengucapkan mantra, keluar dari garis pentagram yang memisahkan budak dengan majikannya atau hal-hal yang bersifat teknis lainnya, nasib buruk sudah pasti menimpa si majikan. Kebanyakan penyihir tewas dimakan oleh Spirit yang diperbudaknya karena kesalahan mereka sendiri. Dan, yah .. hal serupa juga terjadi pada Bartimaeus dan masternya saat itu Ezekiel, salah satu penyihir besar yang mengabdi kepada Raja Solomon.

Singkat cerita setelah Bartimaeus melahap Ezekiel, berita kematian salah satu penyihir utama Raja Solomon itu sampai kepada Sang Raja. Kemarahan Solomon mengakibatkan Bartimaeus terikat pada majikan yang lain, Khaba, salah satu penyihir kesayangan Solomon dan yang paling terkenal kejam terhadap budaknya baik yang berupa manusia ataupun bangsa Jin dan teman-temannya. Bukan Bartimaeus namanya kalau tidak membuat ulah. Dalam proses pembuatan kuil Solomon, Barty melanggar aturan Raja, yang lagi-lagi mengakibatkannya menerima hukuman. Sayangnya kali ini Solomon cukup marah sehingga bukan hanya Jin kurang ajar Bartimaeus saja yang dihukum, tapi Khaba beserta tujuh budak jin-nya yang lain juga ikut menerima hukuman. Mereka ditugaskan menyelidiki dan menangkap perampok yang sering menyerang para pedagang di gurun-gurun perbatasan. Terusir dari menaranya yang nyaman di ibukota kerajaan Solomon, Khaba menjadikan Bartimaeus penyebab dari nasib buruknya, dan itu artinya siksaan untuk Barty setiap hari.

Namun nasib Bartimaeus segera berubah setelah dia menyelamatkan seorang Pendata Wanita bernama Cyrine, hanya saja perubahan nasib ini bisa membawa masa depannya menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung bagaimana melihatnya. Pendeta Wanita bernama Cyrine ini sebenarnya adalah seorang pengawal pribadi Ratu dari Marib. Gadis belia yang mengabdi pada Ratu Sheba, penguasa Marib yang kaya akan pohon-pohon penghasil kemenyan ini memiliki nama asli bernama Asmira. Namun Asmira cukup cerdik untuk merahasiakan identitasnya kepada orang lain dalam menjalankan misinya saat itu.

Mari beralih sebentar pada kisah Ratus Sheba. Raja Solomon yang telah memiliki 700 orang istri dari berbagai kerajaan yang telah ditaklukannya ingin menikahi Ratu Sheba penguasa Marib, salah satunya karena kekayaan alam yang dimiliki Marib. Namun sampai dengan tiga kali pinangan Solomon, Ratu Sheba masih juga menolak keinginan Sang Raja. Hingga suatu malam, sebangsa Afrit dikirim menemui Ratu Sheba untuk menyampaikan pesan Sang Raja. Solomon meminta Ratu Sheba untuk takluk pada kekuasaan Solomon dengan memberikan upeti berupa hasil alamnya yaitu kemenyan dalam dua minggu. Apabila Sang Ratu menolak maka dalam dua minggu kedepan Solomon dengan kekuatan Cincinnya akan menyerbu dan memusnahkan Marib dan rakyatnya selamanya. Untuk menegaskan ancaman Solomon si Afrit membakar salah satu menara milik Sheba yang menimbulkan kekacauan dan jatuh korban. Menghadapi ancaman Solomon tersebut, Ratu Sheba mencari cara untuk menggagalkan rencana Solomon, yaitu dengan melenyapkan sumber kekuatan Solomon. Tidak ada penyihir yang bisa menandingi kekutan Solomon. Jangankan untuk mendekati Sang Raja, untuk bisa masuk ke dalam kotanya saja nyaris mustahil. Pasukan Jin, Afrit, bahkan Marid menjaga perbatasan-perbatasan kota, dan akan segera mengirim sinyal bahaya jika ada pembunuh atau penyusup yang memasuki kota tersebut. Namun seorang gadis muda yang tidak memiliki kemampuan sihir apapun, tidak berbahaya dan seolah tidak bersenjata mungkin saja akan lolos dari pengamatan mata-mata Solomon. Dan untuk itulah Asmira ditugaskan pada misi rahasia Ratu saat itu, perintahnya sederhana dan singkat ‘Bunuh Raja Solomon, dan curi Cincin-nya’. Asmira tidak menyadari bahwa perintah Ratu yang sederhana itu bisa membuatnya kehilangan nyawa, apalagi dia hanya diberi waktu dua belas hari untuk menyelesaikannya.

Sungguh beruntung Asmira bertemu dengan Bartimaeus, begitu juga dengan si Jin. Perjanjian yang mereka buat dan sepakati, mengantarkan mereka pada misi bersama. Misi yang mustahil dan lebih tepat jika dikatakan sebagai tindakan bunuh diri, yaitu membunuh Sang Raja dan mencuri Cincin Saktinya. Cincin yang sangat diinginkan semua orang terutama mereka para penyihir seperti Khaba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar