Penulis : Jonathan Stroud
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Beberapa hal yang perlu diketahui
tentang novel ini adalah, yang pertama sesuai judulnya ‘The Ring of Solomon’
salah satu tokoh pemeran pembantu yang muncul di dalam cerita ini adalah Raja
Solomon (sesuai sebutan Barat) atau bagi kita yang muslim mengenalnya sebagai
Nabi Sulaiman. Tapi patut dicatat, kisah ini bukan menceritakan tentang Nabi
Sulaiman sesuai kisah yang kita percayai dan tertulis dalam kitab suci, namun
hanya sekedar nama dan kehebatan-kehebatannya yang diketahui orang pada umumnya.
Pada masa cerita ini berlangsung,
Raja Solomon memiliki kerajaan yang besar, istana yang megah, wilayah kekuasaan
yang luas mulai Mesir sampai dengan daerah Semenanjung Arab, dan satu lagi
kehebatannya, mampu berbicara dengan binatang. Banyak yang berpendapat semua
hal tersebut karena kekuatan sihir yang luar biasa besar yang dimiliki Raja
Solomon yang bersumber dari cincin di jarinya.
Selanjutnya, mari kita mengenal pemeran utama dalam cerita ini. Dia adalah
Bartimaeus. Tokoh utama buku ini adalah Jin kuno yang muncul pertama kali pada
awal jaman kerajaan Sumeria. Jika dihitung sesuai saat cerita ini berlangsung
kurang lebih 2000 tahun sebelumnya. Pada umumnya penampakan bangsa Jin
menyeramkan dan menggetarkan manusia walaupun beberapa penyihir yang sangat
ahli dalam mengendalikan mereka tidak mudah terpengaruh, sayangnya kebanyakan
majikan (penyihir) Bartimaeus bukannya takut malah merasa jengkel dengan
tingkah polanya yang cenderung kurang ajar. Dan dari sinilah cerita Bartimaeus
ini bermula, kekurangajaran terhadap majikannya membawanya kepada Cincin
Solomon.
Para penyihir berkekuatan besar, mendapatkan kekuatannya dari spirit
yang diperbudaknya. Spirit ini terdiri dari lima jenis sesuai tingkat kekuatan
yang dimilikinya, dari yang terkecil adalah ‘imp’, kemudian ‘foliot’, ‘jin’ ada
di urutan nomor tiga, ‘afrit’ yang keempat dan yang terakhir adalah ‘marid’.
Spirit-spirit ini hidup di Dunia Lain, mereka terikat di Bumi karena
mantra-mantra para penyihir yang mengikat mereka menjadi budaknya. Selama
mereka (Spirit) ini masih terikat dengan penyihir yang menjadi majikan mereka,
maka mereka harus mematuhi semua perintah majikannya, sampai dengan majikannya
membebaskannya, atau jika si majikan melakukan kesalahan dalam melakukan
pemanggilan seperti kesalahan dalam mengucapkan mantra, keluar dari garis
pentagram yang memisahkan budak dengan majikannya atau hal-hal yang bersifat
teknis lainnya, nasib buruk sudah pasti menimpa si majikan. Kebanyakan penyihir
tewas dimakan oleh Spirit yang diperbudaknya karena kesalahan mereka sendiri.
Dan, yah .. hal serupa juga terjadi pada Bartimaeus dan masternya saat itu
Ezekiel, salah satu penyihir besar yang mengabdi kepada Raja Solomon.
Singkat cerita setelah Bartimaeus melahap Ezekiel, berita kematian salah
satu penyihir utama Raja Solomon itu sampai kepada Sang Raja. Kemarahan Solomon
mengakibatkan Bartimaeus terikat pada majikan yang lain, Khaba, salah satu
penyihir kesayangan Solomon dan yang paling terkenal kejam terhadap budaknya
baik yang berupa manusia ataupun bangsa Jin dan teman-temannya. Bukan
Bartimaeus namanya kalau tidak membuat ulah. Dalam proses pembuatan kuil
Solomon, Barty melanggar aturan Raja, yang lagi-lagi mengakibatkannya menerima
hukuman. Sayangnya kali ini Solomon cukup marah sehingga bukan hanya Jin kurang
ajar Bartimaeus saja yang dihukum, tapi Khaba beserta tujuh budak jin-nya yang
lain juga ikut menerima hukuman. Mereka ditugaskan menyelidiki dan menangkap
perampok yang sering menyerang para pedagang di gurun-gurun perbatasan. Terusir
dari menaranya yang nyaman di ibukota kerajaan Solomon, Khaba menjadikan
Bartimaeus penyebab dari nasib buruknya, dan itu artinya siksaan untuk Barty
setiap hari.
Namun nasib Bartimaeus segera berubah setelah dia menyelamatkan seorang
Pendata Wanita bernama Cyrine, hanya saja perubahan nasib ini bisa membawa masa
depannya menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung bagaimana melihatnya.
Pendeta Wanita bernama Cyrine ini sebenarnya adalah seorang pengawal pribadi
Ratu dari Marib. Gadis belia yang mengabdi pada Ratu Sheba, penguasa Marib yang
kaya akan pohon-pohon penghasil kemenyan ini memiliki nama asli bernama Asmira.
Namun Asmira cukup cerdik untuk merahasiakan identitasnya kepada orang lain
dalam menjalankan misinya saat itu.
Mari beralih sebentar pada kisah
Ratus Sheba.
Raja Solomon yang telah memiliki 700 orang istri dari berbagai kerajaan yang
telah ditaklukannya ingin menikahi Ratu Sheba penguasa Marib, salah satunya
karena kekayaan alam yang dimiliki Marib. Namun sampai dengan tiga kali
pinangan Solomon, Ratu Sheba
masih juga menolak keinginan Sang Raja. Hingga suatu malam, sebangsa Afrit
dikirim menemui Ratu Sheba
untuk menyampaikan pesan Sang Raja. Solomon meminta Ratu Sheba untuk
takluk pada kekuasaan Solomon dengan memberikan upeti berupa hasil alamnya
yaitu kemenyan dalam dua minggu. Apabila Sang Ratu menolak maka dalam dua
minggu kedepan Solomon dengan kekuatan Cincinnya akan menyerbu dan memusnahkan
Marib dan rakyatnya selamanya. Untuk menegaskan ancaman Solomon si Afrit
membakar salah satu menara milik Sheba yang menimbulkan kekacauan
dan jatuh korban. Menghadapi ancaman Solomon tersebut, Ratu Sheba mencari cara untuk
menggagalkan rencana Solomon, yaitu dengan melenyapkan sumber kekuatan Solomon.
Tidak ada penyihir yang bisa menandingi kekutan Solomon. Jangankan untuk
mendekati Sang Raja, untuk bisa masuk ke dalam kotanya saja nyaris mustahil.
Pasukan Jin, Afrit, bahkan Marid menjaga perbatasan-perbatasan kota,
dan akan segera mengirim sinyal bahaya jika ada pembunuh atau penyusup yang
memasuki kota
tersebut. Namun seorang gadis muda yang tidak memiliki kemampuan sihir apapun,
tidak berbahaya dan seolah tidak bersenjata mungkin saja akan lolos dari pengamatan
mata-mata Solomon. Dan untuk itulah Asmira ditugaskan pada misi rahasia Ratu
saat itu, perintahnya sederhana dan singkat ‘Bunuh Raja Solomon, dan curi
Cincin-nya’. Asmira tidak menyadari bahwa perintah Ratu yang sederhana itu bisa
membuatnya kehilangan nyawa, apalagi dia hanya diberi waktu dua belas hari
untuk menyelesaikannya.
Sungguh beruntung Asmira bertemu
dengan Bartimaeus, begitu juga dengan si Jin. Perjanjian yang mereka buat dan
sepakati, mengantarkan mereka pada misi bersama. Misi yang mustahil dan lebih
tepat jika dikatakan sebagai tindakan bunuh diri, yaitu membunuh Sang Raja dan
mencuri Cincin Saktinya. Cincin yang sangat diinginkan semua orang terutama
mereka para penyihir seperti Khaba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar