Senin, 07 November 2011

The Age of The Five


Trilogi The Age of The Five adalah seri novel fiksi fantasi lain dari Trudi Canavan. Setelah sebelumnya sukses dengan karyanya The Black Magician, yang lebih banyak bercerita tentang dunia sihir dan intrik-intriknya, kali ini Trudi Canavan mengangkat tema religi (sesuatu yang lebih berat menurut saya). Buku pertama dari trilogi The Age of The Five berjudul Priestess of The White, kemudian disusul buku kedua dengan judul The Last of The Wild, dan yang terakhir sebagai pamungkas cerita trilogi ini adalah Voice of The Gods. Ketiga buku tersebut sudah terbit di Indonesia, sama seperti penerbit dari trilogi sebelumnya yang diterbitkan oleh Mizan Fantasi.

Satu hal yang saya suka dari tulisan karya Trudi Canavan adalah tokoh utamanya yang selalu perempuan. Seolah-olah ingin menunjukkan kekuatan dan eksistensi perempuan di tengah dominasi laki-laki terutama di dunia politik dan kekuasaan yang penuh intrik. Sedikit saya ceritakan tentang trilogi The Age of The Five, walaupun awalnya saya sedikit ragu untuk mengulas novel ini di blog.

Ide cerita dari kisah ini adalah mitos Yunani kuno tentang dewa-dewi yang pernah memimpin umat manusia. The Age of The Five berlatar belakang tentang sebuah dunia yang dipimpin oleh para dewa, bukan secara bersama-sama, tetapi lebih seperti memimpin dalam koloni-koloni kecil. Setiap dewa biasanya memimpin manusia dalam suatu negara atau pulau. Karena haus kekuasaan sehingga mereka saling berperang dan unjuk kekuatan, hingga tersisalah 5 dewa dari masa perang antar dewa yang berkepanjangan dan sepakat untuk mengakhiri perang. Kelima dewa penyelamat tersebut akhirnya menunjuk 5 orang manusia terpilih untuk menjadi pemimpin dunia sebagai perwakilannya di dunia, mereka disebut The White. Kelima manusia terpilih ini diberi bakat dan kemampuan sihir yang luar biasa, selain untuk bisa berkomunikasi dengan para dewa, membaca pikiran orang lain juga kekuatan sihir untuk mempertahankan wilayah mereka. Kelima White tersebut adalah Juran, Mirae, Dyara, Ryan dan Auraya sang tokoh utama, White kelima yang terpilih seratus tahun kemudian setelah masa perang usai dan kelima dewa menunjuk manusia terpilih pertama Juran untuk mewakili mereka memimpin umat manusia.

Inti cerita dari kisah ini adalah perbedaan kepercayaan yang dianut oleh sebagian orang yang berujung pada kebencian dan permusuhan. Jika daratan utara dipimpin oleh The White yang meyakini kelima dewa penyelamat mereka, di daratan selatan dipimpin oleh para Circlian yang juga memiliki lima dewa penyelamat. The White menganggap bahwa kelima dewa yang dianut dan diyakini Circlian adalah dewa palsu sedangkan Circlian pun beranggapan sama bahwa kelima dewa pelindung The White tidak pernah ada. Diantara dua kelompok ini ada satu kelompok lain yang tidak menganut atau meyakini dewa-dewa yang dianut oleh The White dan Circlian yaitu Dreamweaver. Dreamweaver adalah kelompok atheis, yang tidak mempercayai para dewa, pendiri dan pemimpinnya yaitu Mirar adalah seorang manusia abadi yang mati dibunuh oleh dewa para White. Manusia abadi memiliki bakat dan kemampuan untuk terus hidup hingga ribuan tahun, namun mereka tetap memiliki kelemahan dan bisa dibunuh. Para manusia abadi percaya bahwa dewa dan dewi itu sangat kejam, dan hanya memuaskan ego mereka dengan mengorbankan para penganutnya yaitu manusia. Karena itulah salah satu manusia abadi bernama Mirar mengajak manusia lainnya untuk memusuhi dan melawan para dewa, terutama kelima dewa para White yang selamat dari perang bukan karena kebajikan atau kebaikan hatinya tapi karena kekejamannya melebihi dewa dan dewi lainnya.

Seratus tahun berlalu dalam masa damai, namun api permusuhan dan kebencian masih terus menyala dalam hati para pengikut White, Circlian dan Dreamweaver. Kebencian antara para anggota White yang mengagungkan kelima dewa mereka dengan para pengikut Dreamweaver yang memusuhi kelima dewa. Permusuhan antara anggota White dengan Circlian yang saling mengklaim kebenaran dewa mereka masing-masing. Auraya seorang gadis berusia 15 tahun yang memiliki bakat menjadi seorang ahli pengobatan dan hampir menjadi seorang Dreamweaver seperti halnya gurunya Leiard yang seorang Dreamweaver, tiba-tiba diangkat menjadi salah satu pendeta White dan kelak terpilih menjadi salah satu anggota White kelima.

Intrik yang muncul dalam ketiga buku tersebut memang kebanyakan berpusat kepada Auraya. Di buku pertama sebagai salah seorang pemimpin dan wakil dewa, dia harus menghindarkan perang yang mengancam negerinya dari serangan para Circlian. Buku kedua, Auraya mendapat tugas tersulit dari salah satu dewa yaitu Dewi Huan, untuk membunuh lelaki yang paling dikasihinya karena lelaki itu seorang Dreamweaver yang paling berbahaya menurut para dewa. Buku ketiga, Auraya harus memilih untuk mempertahankan kesetiaannya kepada kelima dewa atau mengkhianati kelima dewa tersebut untuk menyelamatkan hidupnya.

Menurut opini pribadi saya, cerita dalam trilogi ini kurang lebih menggambarkan keadaan dunia saat ini, dimana banyak perang terjadi karena masalah keyakinan, dimana agama menjadi salah satu topik yang paling sensitif saat ini. Dalam tulisannya Trudi Canavan menggambarkan bahwa dendam dan kebencian di masa lalu bisa mengakibatkan prasangka yang terus menghantui dan sewaktu-waktu dapat menyulut perang dan kehancuran manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar