Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
The Search of Truth, buku ketiga dari serial Erec Rex lebih banyak bercerita tentang jati diri Erec Rex yang sebenarnya. Opini pribadi saya, buku ini pada sepertiga bagian pertamanya lumayan membosankan, namun ketika memasuki setengah bagian terakhir, sangat menarik. Ada bagian-bagian cerita yang menjadi favorit saya. Hal ini memang agak berbeda, karena sebelumnya setiap kali saya membaca sebuah novel fiksi, tidak pernah memiliki bagian favorit. Lebih detilnya saya ceritakan sekilas yang ada di buku ketiga Erec Rex ini.
Sedikit kilas balik, pada buku kedua, Erec telah menerima dua tugas pertama dari 12 ujian untuk menjadi Raja Alypium. Pada tugas pertama, Erec harus menemukan kembali telur-telur naga yang menghilang dari dunia lain di Nemea, yang ternyata hilangnya telur-telur naga tersebut ulah dari Pangeran Baskania, tokoh antagonis utama kisah Erec Rex ini. Pada tugas keduanya, Erec diperintahkan untuk menangani monster-monster yang banyak bersembunyi di dunia lain. Di tugas kedua inilah, erec mengetahui arti dari kata monster. Ternyata monster yang dimaksud para takdir bukanlah makhluk-makhluk buruk rupa yang selama telah disudutkan oleh Pangeran Baskania dan pengikutnya sebagai ancaman bagi umat manusia. Namun justru mereka para manusia yang memiliki hati kejam dan jahat. Dalam usahanya untuk menyadarkan pasukan tiga kerajaan yang sedang berperang melawan sekumpulan makhluk-makhluk yang mereka sebut sebagai monster Erec kehilangan teman naganya Aocquest. Sebagai hadiah perpisahan terakhir Aocquest memberikan mata naganya yang tinggal sebelah kepada Erec, sehingga kini Erec telah memiliki kedua mata naga yang dulunya milik naga Aocquest.
Buku ketiga ini diawali oleh kejadian yang aneh dan mengerikan, bukan hanya mendapatkan pikiran berkabut yang memperlihatkan gambaran masa depan, kini Erec menyadari sejak dirinya memiliki kedua mata naga, perlahan-lahan dirinya berubah menjadi naga. Setiap kali mata naganya mengambil alih, kulitnya berubah warna menjadi hijau dan bersisik, kukunya tumbuh menjadi cakar dan dari mulutnya dia bisa menyemburkan api. Saat itu juga dia meyadari bahwa keberadaannya di dunia luar (dunia manusia non sihir) akan membawa bencana dan bahaya.